Ramadhan: Maksimalkan Keimanan!

"Tidak apa-apa jika Ramadhan ini belum maksimal".

"Tidak, Ramadhan ini harus maksimal".

Orang bilang, kalimat di atas sebagai ‘motifesyen’, yang seperti diminta memilih, mau apa di Ramadhan ini? Maksimalkan sekarang atau nanti? Tapi kalau nanti, yakin masih ketemu Ramadhan tahun berikutnya?! Sekali lagi, tidak ada jaminan.

Ramadhan, momen dimana kita, umat Islam, berlomba-lomba dalam mengejar amalan-amalan seribu bulan. Seperti janji Allah, dalam apapun bentuknya, akan banyak pahala yang diganjarkan. Semua terpacu, saling berpacu, namun tak meninggalkan, melainkan sambil mengulurkan rangkulan, supaya sama-sama berada di track kebaikan.

Ramadhan ini, bagi saya cukup challenging dalam hal memaksimalkan diri dalam ibadah, karena urusan duniawi sedang cukup crowded, ada amanah-amanah baru yang harus dijalankan. Manajemen waktu akhirnya (harus) diatur sebaik-baiknya. Pun bertemu beberapa situasi yang cukup berdampak sama kondisi tubuh. Tapi entah bagaimana, rasanya berbeda, seperti nikmat-nikmat Allah ikut membersamai, sehingga tidak merasa  lelah nan jenuh sekali.

Ada salah satu goals yang saya kejar untuk diterapkan secara maksimal di Ramadhan ini: menuntut ilmu Islam. Saya sangat terbantu dengan Ramadhan planner yang sengaja saya beli dan miliki, untuk bisa saya pakai sebagai media menuliskan informasi dan ilmu-ilmu Islam yang saya pelajari, yang nanti bisa dibaca - diingat – dan dimaknai (lagi). Saya berburu majelis-majelis ilmu offline atau konten-konten dakwah online setiap hari. Saya membuat resume dari setiap majelis ilmu tersebut setiap hari. Sedikit demi sedikit, membuat saya semakin open minded dan mulai menerapkan pesan-pesannya karena sangat relate dengan kehidupan sehari-sehari. Sekaligus menjadi rambu, sehingga kesalahan dan perbuatan yang cenderung berakibat dosa bisa teratasi.

Sejauh Ramadhan ini berjalan, ada banyak Islam insight yang saya dapatkan. Diantaranya: pertama, tentang Islamic Practice yang jika diterapkan akan membuat kebaikan dan keimanan cenderung high level. Kedua, tentang kekuasaan Allah, tentang neraka dan surga, tentang ‘ancaman’, tentang short life, tentang hari akhir dan tentang kelemahan manusia yang didapatkan dari tadabbur quran surah Al-Mulk. Ketiga, tentang perempuan sakinah, tentang takut bertemu dewasa, tentang jiwa yang berserah yang memacu diri untuk bisa memenuhi karakter sang penghuni surga. Keempat, tentang keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan yang menjadi pedoman untuk menjalankan perintah-Nya nan menjauhi larangan-Nya.

Memang, Ramadhan akhirnya akan menjadi momen ibadah yang high speed dikit, jadi wajar jika capek, tapi ganjarannya adalah rasa tenang. Diberi rasa yang jauh dari sifat malas-malasan, rasa yang jauh dari kekhawatiran, dan jauh dari ketidakpastian.

Jadi, yang tidak apa-apa itu, jika startnya dari awal lagi. Yang tidak apa-apa itu, jika sedang berproses, Tapi, tetap, kita harus berprogres. So, do our best!


Komentar