Kajian Hunter Akhir Tahun

Akhir tahun, kemana? 

Akhir tahun, ngapain?

Yah, begitulah kira-kira beberapa pertanyaan yang sempat saling disampaikan, mengingat di akhir tahun ini hari libur kami cukup panjang.

Ber-euforia di akhir tahun tak lagi menjadi rencana, yah semakin tahun seperti ingin merasakan dan merayakannya dengan semakin sederhana, pun dengan circle terdekat saja. Makan-makan dengan menu seadanya, tukar kado sekadarnya, dan perbanyak doa, it's enough. 

Tapi, sembari merefleksi diri di akhir tahun yang masih punya banyak kekurangan, seketika merasa perlu banyak pengingatnya. Maka, memutuskan untuk menjadi 'pemburu' kajian, dan hamdalah banyak komunitas-komunitas dakwah yang mengadakan kegiatan ini dengan tema-tema yang sangat happening saat ini. Allah pun mudahkan untuk ikut majelis ilmunya, baik secara online maupun offline

Di sesi online, saya mengikuti kajian yang dilaksanakan oleh The Power of Hijrah. Bersyukur sekali bisa 'ketemu' komunitas dakwah ini, komunitas terproduktif i ever know karena mereka mengadakan kajian benar-benar setiap hari, founder-nya bahkan sempat menyampaikan bahwa tak ada alasan untuk libur kajian. Oke, back to the topic. Jadi, sesi yang saya ikuti ini, mengangkat tema "Bagaimana Sikap Kita Sebagai Seorang Muslim Menghadapi Tahun Baru" yang dibawakan oleh Ustadz Wahid Faturrohman. Beliau merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Quran dan Tafsir di salah satu kampus di kota Surakarta, pun beliau seorang mentor tahfiz dan tahsin di beberapa sekolah.

Dalam penjelasan Beliau, beberapa poin menjadi sangat penting, untuk tidak hanya menjadi catatan namun sebisa mungkin bisa diamalkan. Dimana, sikap seorang muslim dan menyikap tahun baru adalah yang pertama, meninggalkan atau tidak ikut-ikutan perayaan tahun baru: berkhalwat dan interaksi bebas dan berlebihan, sungguh bukanlah tradisi dan adat kita. Pun jika ingin melaksanakan kegiatan tahun baru, niatnya bukan untuk menyerupai suatu kaum, sebisa mungkin kita bisa menyelinginya dengan aktifitas dakwah pada kegiatan rutin tahunan kita.

Kedua, membiarkan para kaum kafir merayakan dan jangan sampai kita membuat keributan atau kegaduhan: dalam surah Alkafirun, disampaikan bahwa amal kami - untuk kami, amalan kalian - untuk kalian. Maka sangat perlu saling mengingatkan atau menasehati untuk sesama muslim jika melihat atau melakukan suatu kemungkaran, baik dengan tangan, lisan dan kekuasaan.

Ketiga, memohon perlindungan Allah agar terhindar dari fitnah: fitnah terbesar adalah fitnah wanita yang lebih besar dari fitnah dajjal, bisa menyerang siapa saja, baik orang berilmu atau orang awam. Maka cara mencegah diri dari fitnah adalah dengan membentengi iman kita agar kokoh dan kuat sehingga hawa nafsu tidak menjadi terombang-ambing. Selain itu, kita juga harus menuntut ilmu agama, karena sungguh iman itu naik dengan ketaatan, dan iman turun dengan kemaksiatan. 

Keempat, muhasabah: dengan mengintrospeksi diri dari kekurangan-kekurangan, juga terhadap target-target, usaha-usaha dan doa-doa kita.

Sumber: instagram @yukngajimakassar

Selang beberapa hari, ikut kajiannya @yukngajimakassar, yang topik dakwahnya tidak hanya menarik tapi juga spesifik. Sesi penyampaiannya pun sangat inovatif dan inspiratif. Dibuka dengan hiburan singkat dan sesi pembahasan salah satu curhatan terkait topiknya, kemudian lanjut sesi berbagi nasib dari kakak-kakak pengurus komunitasnya dan ditutup dengan sesi berbagi solusi dari Ustadz Adi Wijaya.

Everyday life is crisis, yang memang sama-sama menjadi keresahan kita. Maka berangkat dari hal ini, yang kita butuhkan tinggal bagaimana menghadapi situasi tersebut. Kita tentu harus mengetahui tujuan kita, karena kita diciptakan untuk melakukan apa yang Allah perintahkan.

Quarter life crisis atau masa-masa emergency kehidupan merupakan hal wajar jika kita merasakannya, yang justru kita tidak boleh menghindarinya. Semakin dihindari, maka kita akan menghadapi krisis-krisis selanjutnya. Sehingga situasi ini harus dihadapi dan diselesaikan.

Caranya bagaimana? Pertama, cari titik awal krisis atau masalah yang akan diselesaikan. Kedua, penyelesaian masalah harus dilakukan dengan mindset atau pemikiran yang benar. Ketiga, memahami bahwa suatu masalah berbanding lurus dengan keimanan kita. Dalam surah Al-Baqarah ayat 124 dikatakan: “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) terdahulu sebelum kamu”. Keempat, menyakini bahwa segala solusi dari pemasalahan ada dalam Islam. Dilanjutkan kembali dalam surah Al-Baqarah ayat 124 bahwa sungguh pertolongan Allah itu dekat. Ditambahkan pula dari surah At-Talaq ayat 2-3, dikatakan bahwa Allah akan memberi jalan keluar dan dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Maka, everyday is crisis and every day is solution.

Komentar