Review Buku “Dokterpreneur”
Berawal dari sebuah direct message, yang isinya meminta saya
untuk me-review sebuah buku. Buku ini
sebenarnya tidak asing lagi bagi saya. Sebagai orang yang gemar baca dan beli
buku, sempat ada keinginan untuk memiliki buku tersebut, namun saya segan untuk
menanyakan dimana dan bagaimana cara bisa memperolehnya. Ternyata jalurnya di
luar prediksi, and the end saya bisa
mendapatkannya secara free. Such an honor for me.
Sebenarnya ini bukan kali pertama
saya me-review sebuah tulisan atau
buku yang pernah saya baca. Bahkan tanpa diminta pun, saya memang senang
berbagi ulasan tentang gambaran isi buku atau tulisan apalagi jika relateable dan punya banyak value bagi sendiri dan banyak orang.
Adalah buku yang berjudul: Dokterpreneur. Ditulis oleh dr. Fadli
Ananda yang terbit di tahun 2020. Beliau merupakan atasan saya, pun sekaligus sebagai
role model bagi saya yang masih
tergolong muda dan bagian dari generasi milenial. Buku karya pertama Beliau ini
menggandeng penerbit Melia Books yang berisikan 130 halaman. Sebagai pembaca,
saya sangat menikmati dan merasa sangat dekat dengan Beliau melalui tulisannya.
Alur ceritanya ringan, bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan komunikatif, serta
semua pesan yang disampaikan secara khusus berkolerasi dengan cara memaknai
hidup di usia muda.
Buku ini berisikan 3 (tiga) chapter. Masing-masing part-nya saling runut satu sama lain.
Memulai dari chapter “Tentang dr.
Fadli” yang menceritakan tentang behind
the story dari julukan Dokterpreneur. Ternyata up and down kisah Beliau menemani perjalanan menggapai mimpi dan
keinginan Beliau menjadi seorang dokter, racer dan musisi yang sudah “punya nama” saat ini.
Maka, saya berkesimpulan bahwa Beliau memang seorang multitalented, yang berani mencoba segala bidang yang disenangi dan
ditekuni.
Menggaris bawahi pula satu pesan
yang juga tak luput berasal dari support
system Beliau yakni keluarga, yang mengajarkan Beliau agar selalu menjadi
seorang pekerja keras, disiplin, berinisiatif tinggi, senang berkolaborasi dan
bisa diandalkan, yang tentu ini bisa dicontoh bagi kita, para anak muda,
sebagai apapun dan di manapun kita berperan. Tak kalah penting, sebuah magic words saya dapatkan di akhir chapter ini, bahwa tidak jauh dari
fitrah kita sebagai umat beragama, ada sebuah rahasia keberkahan yang menjadi
prinsip Beliau. Kalimatnya kurang lebih seperti ini: “yang penting bukan
sekedar menjadi baik, tapi juga dapat menjadi berkah untuk orang lain”.
Melanjutkan chapter selanjutnya yakni “Cerita dr. Fadli”. Disini, Beliau lebih
rinci bercerita tentang aktivitas dan profesi Beliau, mulai dari kisah menjadi
seorang dokter spesialis dengan sambil merambah dunia balap dan musik yang
merupakan passion Beliau sejak lama. Selain itu, Beliau juga berbagi banyak
pandangan tentang Islam, pentingnya berwirausaha dan sudut pandang Beliau
tentang generasi milenial. Tak kalah menarik, ada satu cerita yang baru saya
ketahui secara rinci, yakni asal muasal ‘embrio’ Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda Makassar, yang merupakan tempat kerja saya saat ini dan sudah masuk
tahun ketujuh mengabdikan diri disana.
Menyimpulkan chapter kedua ini dengan satu kalimat yang meaningful dari Beliau:
“hidup itu harus punya tujuan, tidak bergerak begitu saja tanpa arah”. Nah,
kalau sudah terpapar dengan pesan ini, sudah harus tau ingin berbuat apa
kan, wahai anak muda?!
Menutup bacaan buku ini dengan chapter favorit saya, yakni tentang “Tekad
dr. Fadli”. Beliau menceritakan tentang gambaran pemuda milenial dengan
inovasi-inovasi ‘gila’. Dilanjutkan dengan data-data terkait mengenai kondisi
sumber daya manusia yang berhubungan dengan pendidikan, ekonomi dan
perkembangan teknologi. Menariknya, Beliau juga menjelaskan secara rinci perihal ancaman
dan inovasi ekonomi kreatif dan teknologi di masa kini & masa mendatang,
dimana poin pentingnya adalah bahwa kita sebagai anak muda harus update dan upgrade beberapa skill
agar menyesuaikan diri dan bisa diaplikasikan di berbagai sisi kehidupan.
Ada beberapa poin yang saya highlight di chapter ini. Pertama, tentang inovasi Balla’ Cara’de atau rumah
belajar yang bertujuan untuk pengembangan potensi diri anak-anak muda Makassar.
Kedua, tentang pentingnya “kolaborasi bukan kompetensi” yang faktanya bahwa
banyak anak muda belum memiliki prinsip demikian, namun menjadi harapan Beliau
agar semuanya memiliki tekad yang sama tentang hal ini. Ketiga, tentang peran
seorang game changer yang diharapkan
bisa menjadi sikap bagi para anak muda yang dapat terus bergerak dalam
perubahan-perubahan positif, juga adaptif bagi perkembangan masa depan.
Akhirnya, setelah membaca buku
ini, saya yakin bukan hanya bagi saya, tapi bagi siapapun yang telah
berkesempatan membaca karya Beliau ini, ada hikmah dan manfaat yang bisa kita
ambil sekecil atau sebesar apapun itu. Semoga menjadi kebaikan bukan hanya bagi
kita sendiri, namun juga bagi Beliau yang akan terus mengalir bersama amalan-amalan
yang terus Beliau tanam dan tuai sampai nanti.
Terima kasih, dr. Fadli Ananda. Siap menanti karya selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar