Resume Kajian "Start Line For Our Mindful Year"
Makassar beberapa hari ini dilanda cuaca yang kurang baik, alhasil berdampak pada reschedule beberapa aktivitas. Informasi kajian pekanan dari Yuk Ngaji Makassar yang awalnya akan diselenggarakan secara offline, akhirnya dialihkan ke online. Setelah tahu infonya, saya buru-buru menyetel reminder agar tidak terlewatkan, berhubung bertepatan dengan weekend yang biasanya godaannya lebih banyak.
Tepat ba’da Ashar, kajian yang dibawakan oleh kak Indina J - seorang aktivis dakwah muslimah, dimulai. Saya menyimak dan menyatat inti-inti sari dari pemaparan kajian yang berlangsung kurang lebih sejam itu. Sesuai prediksi, semua yang disampaikan sangat berbobot, relate dengan peran kami sebagai muslimah dan sekaligus sukses menjadi pengingat akhir tahun.

Start Line For Our Mindful Year
Salah satu hal yang harus kita
lakukan untuk memulai tahun yang baru ataupun dalam memuhasabah tahun ini, adalah
membuat dan mengevaluasi
resolusi-resolusi kita. Resolusi saat ini bukan lagi menjadi sebuah tren,
melainkan sebuah kewajiban. Dalam proses evaluasi tersebut, perlunya kita
menjabarkan apa-apa saja kekurangan kita, apa-apa saja kelalaian yang sudah
kita lakukan, agar resolusi yang akan kita buat kedepannya dapat semakin realistis,
terukur, dan sesuai dengan tujuan penciptaan kita.
Sebagai muslim, kita juga perlu banyak-banyak mengingat waktu. Sebuah nasehat lama mengatakan: waktu adalah modal kita yang paling berharga, dan modal yang kita miliki adalah pinjaman. Dalam hidup ini, sebenarnya kita sedang dalam fase menghabiskan modal tersebut. Jika tidak dijaga, maka kita akan merugi.
Ibarat penjual es balok, waktu yang dipakai atau tidak, dipakai untuk hal baik atau buruk, usia akan tetap meleleh dan habis. Untuk itu, kita hanya perlu mencari pembeli terbaik dengan harga terbaik yaitu Allah dan surga firdaus. Dalam sebuah hadist riwayat Muslim tentang larangan mencela waktu, dijelaskan bahwa: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu. Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang. Maka, dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh menyesali waktu-waktu yang telah kita lalui apalagi secara berlarut-larut. Sehingga perlunya kita mensyukuri apa yang Allah berikan, senano-nano apapun rasanya, itu adalah bagian dari ketepatan Allah.
Allah SWT dalam Quran Surah Al-Ashr juga menyampaikan sumpah-Nya atas waktu. Sebuah reminder tentang waktu yang paling berharga dan maknanya perlu direnungi. Menggaris bawahi dua ayat pada Surah Al-Ashr yang saling berkaitan: (ayat 2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian – (ayat 3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Maka, dari renungan tentang waktu yang sudah dijelaskan tersebut, membuat kita harus menjadi manusia yang penuh dengan kesadaran atau mindfulness. Dalam perspektif Islam, memiliki kesadaran adalah kewajiban kita dan tidak layak bagi seorang muslim jika tidak berkesadaran padahal kita memiliki tujuan dan visi misi kehidupan. Mengkaji salah satu ayat dalam Quran Surah Az-Zariyat ayat 56, bahwa ditetapkannya tujuan hidup yang jelas bagi manusia, cukuplah menjadi alasan baginya untuk berkesadaran dalam hidupnya.
Terdapat tiga ciri mindfulness bagi seorang muslim:
-Senantiasa memperhatikan dirinya: yakni bermuhasabah akan hidup ini dan memperhatikan amalan setelah kematian, bukan hanya tentang fisik dan hal-hal yang remeh
-Menyadari hubungannya dengan Allah: yakni mengetahui perintah dan larangan Allah, serta beribadah seolah-olah Allah ada di depan kita
-Berhati-hati dalam melangkah: yakni mindful bisa dikorelasikan dengan taqwa, maka orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu berhati-hati
Ilmu adalah kunci menuju mindfulness. Saat ini, kebaikan dan keburukan kadang menjadi sebuah hal yang bias, maka pentingnya kita menuntut ilmu untuk meluruskannya. Sebuah nasihat Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: “Manusia sangat membutuhkan ilmu daripada (mereka) membutuhkan makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sehari sekali atau dua kali. Sedangkan ilmu dibutuhkan sepanjang napasnya”.
Maka, ilmu itu dapat mengikat kita untuk tetap istiqomah. Juga harus berkaitan dengan lingkungan kita agar tetap on track pada Islam. We dont know what the future will bring, jangan sampai kita tidak memiliki ilmu untuk mempersiapkan dan menghadapi masa depan apalagi sampai menyedot energi kita dan melumpuhkan potensi kita yang akan berakhir dengan kesia-siaan. Masa depan itu gaib, dan masa depan itu hanya ranah Allah.
Semoga dalam menyongsong tahun baru yang mindful, semakin banyak kebaikan yang diberikan kepada kita sehingga dapat pula menambah keimanan kita kepada Allah. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Komentar
Posting Komentar