Puan dan Tuan

[Sembilan kumpulan tulisan, 
dibuat di sela-sela aktivitas kerjaan, 
dan ibadah Ramadhan. 
Tentang pertemanan, pertemuan, 
dan tentu tak harap perpisahan].


Ia menghempaskan tubuh mungilnya pada kasur di sudut kamarnya.
Sambil menyeka air mata, ia bergumam pelan:
'no one understand’.

Ia merubah posisinya menjadi lebih nyaman.
Memilih berjarak sejenak dari segala notif di gawainya,
dengan sisa tenaga yang masih ia punya.
Kemudian berdzikir,
sampai tenang.

**

Sang puan melangkah.
Pada malam ia menengadah,
lalu menggelar sajadah.

Menyimak pesan keajaiban Allah.
Lalu merapal asa,
pun doa yang tak hingga jumlah.

Mengakhiri muhasabah.
Mengharap pahala, nan berlipat ganda berkah.

**

Langit sore yang kelabu,
ia menyelesaikan tugas satu per satu,
tanpa sedikit gerutu.

Rintik yang sendu,
ia melafazkan Allahu,
tanpa pandang waktu.

Untuk itu,
hujan tidak melulu,
selalu perihal kamu,
atau ia sedang rindu.

**

Sesiapa yang tak luluh dengan pintamu yang di luar prasangka?
Meski pada jawabannya yang selalu tetap sama.

Kamu tau batasan etika rasa?
Maka, jangan dulu buru-buru kecewa.

Percayalah,
perempuan yang kamu dekap dalam doa,
ia akan baik-baik saja.

**

Biar pura-pura tak sadar,
tatapanmu sungguh lekat.

Meski terdengar samar-samar,
sapaanmu begitu hangat.

Walau di antara riuh orang-orang sekitar,
jarakmu nampak dekat.

Yuk saling tebar kabar,
agar tidak seperti sosial mediamu yang terkunci rapat.

**

‘Pintu-pintu’ itu akhirnya terbuka.
Pelan-pelan,
satu per satu.

Sayangnya,
kamu biarkan mereka juga mengetuknya.
Bagi sesiapa saja yang datang,
bagi sesiapa saja yang pasti.

Taukah,
ia disana masih yang sama.
Tetap berdiri,
terus menanti.

**

Dari sebuah gawai yang bergetar pelan,
tetiba muncul sebuah seruan,
nyaris luput terbalaskan.

Pesan berkesan,
juga menenangkan.
Bagi harinya yang berantakan,
bagi hatinya yang tak karuan.

Sebenarnya apa tujuanmu, Tuan?
Sang puan dalam penjagaan,
akan ikut saja skenario terbaik Tuhan.

**

Kemari, jika sepi.
Walau ia urung memulai.

Kesini, jika sedih.
Meski ia tak beri solusi.

Luka itu harus sembuh kembali,
dan agar kamu tak rasa sendiri.

**

Cakap yang berawal tanya,
berakhir janji yang tak berhingga.

Mata yang sama berkaca,
berbuah senyum yang sepakat merekah.

Usia,
jarak jumpa,
adalah ruang-ruang rasa.

Terus tumbuh disana,
sesuai aturan-Nya.

Komentar

  1. Suka deh pemilihan diksinya, tulisan yang manis tapi bikin galau, hahahha. Nice one, Ciii!

    BalasHapus
  2. seperti ikut dalam irama, tulisannya mewakili perasaan yang tak sempat tersampaikan

    BalasHapus

Posting Komentar