Muhasabah Sisa Usia

Segala keluh seakan hilang oleh teduhnya atmosfir udara pagi. Birthday kali ini pun berjalan sesuai ekpektasi, dengan banyaknya doa dan kado hari ini. Assalamualaikum, Februari. Barakallah fii umrik, Chi :)


Plot twist kehidupan memang tidak bisa ditebak, bahkan tidak bisa di-skip, namun dramanya tidak sebanyak kisah di web series yang pernah saya tonton. Hamdalah, sejauh ini banyak bahagianya, tak jarang dibumbui oleh rezeki yang tak terduga-duga, serta seberusaha mungkin meminimalisir rasa sedih dan kecewa.

Februari tahun ini adalah pengingat sisa usia dalam melangkah ke circle ‘kepala’ tiga. Fase hidup yang masih seperti ini saja dan tidak banyak berubah. Memlilih berkarir dan berkarya masih menjadi prioritas utama. Sebenarnya, ada banyak harap tentang life marriage tahun ini, namun saya belum bersungguh-sungguh mengaamiinkannya.

Memasuki perjananan sisa usia, saya tidak menampik bahwa saya belum sepenuhnya menjadi orang baik. Saya masih belum bisa menjadi pribadi seperti yang orang-orang inginkan meskipun hal itu tidak mesti saya lakukan. Sebagai perempuan, saya masih over moody-an, gampang menyerah pada keadaan padahal semangat sempat menggebu-gebunya, sering menarik diri dari social life padahal jika dikaji saya bukan tipe introvert person, menjadi sosok anti kritik serta memiliki sistem imun yang sering tidak bisa diandalkan.

I am enough the way i am, kalimat ini kemudian menenangkan. Fase ‘babak belur’ yang pernah dilalui sudah sangat cukup menjadi reminder kedewasaan dengan tak lupa legowo pada keadaan. Dunia tempatnya lelah, meski harus merasakan backpain yang sakitnya luar biasa karena bekerja. Dunia tempatnya belajar, meski harus banyak bertemu dengan berbagai watak manusia yang memaksa kita untuk memaklumi mereka. Dunia tempatnya bermuhasabah, meski banyaknya godaan-godaan yang menggoyahkan iman dan sejenak membuat kita lupa bahwa tempat berpijak saat ini hanya sementara.

Saat menghitung sisa usia yang entah kapan tiba masa berakhirnya, saya tidak ingin menyia-nyiakan segala kesempatan begitu saja. Saya akan berusaha melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuan saya. Mengkhatamkan bacaan Qur’an dan membantu orang-orang yang membutuhkan adalah cara bagi saya untuk ingin lebih dekat dengan-Nya. Saya tidak ingin berpulang dengan ‘bekal’ yang belum seberapa.

Atas berbagai nikmat yang telah Allah berikan, tak jarang muncul berbagai pernyataan sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya. Misalnya, tentang rezeki yang sudah diatur-Nya, tentang keberlangsungan karir, tentang hubungan pertemanan dan tentang harmonisasi keluarga, yang semoga senantiasa Allah jaga beserta segala keridhoan-Nya.

Tiga Puluh, sisa usia dengan asa yang terus tembuh. Berkat doa sang ibu, akan mengantarkan saya menuju hari-hari yang baru dan menjadi pribadi yang semakin tangguh. Terima kasih untuk orang-orang yang tidak pernah memilih jauh. Terima kasih untuk rapalan-rapalan yang telah disampaikan satu per satu. Semoga Allah limpahkan segala Rahmat-Nya, selalu.

Komentar