Kabar Dalam Kenangan

Rindu melepas headphone, membetulkan posisi microphone, mematikan audio mixer, dan kemudian memutar playlist lagu upbeat. Tangannya dingin dan suaranya mulai serak, padahal air hangat di botol merahnya sudah nyaris dihabiskan. Dari balik kaca ruang siar, Kak Randa, sang station manager, tampak memberi acungan jempol kepada Rindu setelah empat jam mengisi siaran dengan dua segmentasi acara berbeda. Hari ini, Rindu memenuhi janji pada pendengarnya setelah vakum selama seminggu karena skripsi masih menjadi prioritasnya.

“Kamu ke Hotel Hasanuddin ya! Artis Adera akan pressconference sore ini!”. Seru kak Randa setelah memberi isyarat agar Rindu menemuinya selepas shalat Ashar. Karena hanya akan berangkat sendiri, Rindu pun dibekali oleh banyaknya perintilan penting seperti surat tugas, buku catatan, pena, dan kamera. Tidak lupa, kartu pers yang baru saja selesai dicetak, lengkap dengan gantungan bermotif batik yang katanya tidak boleh dilepas sepanjang berada disana nanti. Sesampainya di venue acara, bagi Rindu situasi ini sungguh diluar ekpektasi. Ia tidak harus berdesakan dengan teman media lain dan akan kalah oleh badannya yang mungil. Didukung oleh mudahnya akses yang Rindu dapatkan dari panitia penyelenggara, dengan hanya memperlihatkan identitas sebagai legalitas perwakilan salah satu radio komunitas. Bonusnya, sebagai bentuk apresiasi dari sang guest star, para tamu undangan termasuk Rindu dihadiahi foto bersama, rekaman suara untuk spot yang bisa dibawa pulang dan tiga lantunan lagu dari single terbaru yang dinyanyikan secara live hanya dari jarak sepersekian meter saja. Walau harus pulang malam, ada rasa syukur dan bangga terhadap kerja keras serta amanahnya hari ini. Sembari mengubah pandangan Rindu bahwa dunia broadcasting termasuk reportase ternyata semenyenangkan ini. Tidak lupa, ia mengirim pesan dan laporan singkat sebagai bentuk terima kasihnya kepada kak Randa yang tidak bisa menemani karena sudah ada janji dengan sang istri.

Empat tahun kemudian. Rindu akhirnya menyempatkan diri untuk berkunjung ke studio yang ternyata tidak banyak berubah. Wajah-wajah dan suara-suara baru yang belum dikenalnya menyadarkan Rindu bahwa regenerasi harus terus berlanjut. Atmosfir kebersamaan masih sangat segar diingatannya. Bingkai foto dan struktur organisasi kepengurusan di masanya masih terpajang dengan jelas. Pun menjadi saksi perjuangan Rindu bersama teman-temannya yang  sayang tidak banyak ditemuinya hari ini. Termasuk kak Randa, yang tepat setahun lalu telah berpulang. 

***

Nb: Tulisan ini dibuat dan diterbitkan dalam rangka memenuhi 'Undangan Menulis' dari penerbit mlaku! tentang Reportase

Komentar