#Q&A Tentang Diri

Dari sebuah obrolan santai sampai menjadi doa dari orang-orang yang banyak memanjatkan, berikut beberapa pertanyaan yang  telah disaring dan jawabannya siap untuk di-sharing :)

 
Q: Kacamata minus berapa?
A: Sekarang sudah minus 4 (mata kanan) dan minus 5 (mata kiri). Karena suka dilepas pasang dan malas minum jus buah. Jangan ditiru ya! :)

Q: Guilty preasure?
A: Masak dan makan mie instan. Harus buatan sendiri.  Dalam seminggu bisa lebih dari satu-kali. Yang sungguh tidak dianjurkan dari segi gizi. That’s the real booster dan percayalah saya akan lebih baik setelah melakukan ini HAHAHA

Q: Pertama kali berhijab?
A: 2 Mei 2011. Tepat hari pendidikan nasional kala itu. Bukan sengaja, tapi di-ACC nya bertepatan sama tanggal tersebut. Keinginan hijrah dengan berhijab sebenarnya sudah terbesit sejak SMA. Dimana  lingkungan organisasi rohis, sahabat-sahabat shalihah, sampai murabbi tarbiyah-lah yang membuat saya mulai belajar sedikit demi sedikit. Akhirnya sampai hari ini  menjadi semakin sadar, bahwa hijab bukan sekedar penutup kepala. Hijab berperan sebagai identitas, sebagai rambu, dan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap Allah, orangtua, dan juga usia.

Q: Sejak kapan phobia kucing? Kok bisa?
A: Sejak sekolah-dasar. Berawal dari ketakutan biasa seorang anak perempuan dengan binatang-binatang sekitar. Tapi lingkungan beserta orang-oranglah yang membuat ketakutan itu semakin menjadi, baik tentang hewannya secara nyata, suaranya bahkan visualnya. Jadi bahan tertawaan sih sering, meskipun saya sering meyakinkan bahwa ini adalah sebuah penyakit-psikologis yang mungkin tidak semua orang bisa memaklumi, but I’m okay! Beda kasus jika ada yang sengaja menakut-nakuti, maka saya akan marah dan membenci. Sure!

Q: Kenapa berhenti kuliah S2?
A: Pertimbangannya, manajemen waktu, lingkungan yang tidak ergonomis dan finansial (yang sebenarnya mampu tapi merasa tidak mendapat feedback sesuai yang dibutuh). Sempat cukup terusik dengan kalimat: “andaikan masih dilanjut, selesaimi juga”. Namun hamdalah, tidak pernah menyesali keputusan tersebut walau sebenarnya berat. Karena sebaik-baik pilihan sudah melibatkan-Nya. Dan karena setiap orang punya jatah rezekinya masing-masing, termasuk jika someday dikasih kesempatan kedua untuk sekolah profesi gizi. Who knows?

Q: Pekerjaan yang paling tidak disukai tapi tetap harus dikerjakan?
A: Sebelum kerja di tempat kerja sekarang (re: rumah sakit), pernah punya pengalaman di beberapa survey kesehatan sebagai enumerator. Kurang lebih setahun, yang kesemuanya punya cerita masing-masing. Dari beberapa pekerjaan freelance ini, sebenarnya bukan ada yang tidak disukai tapi lebih tepatnya ada yang tidak mau diulang lagi HAHAHA

Adalah event yang bekerja sama dengan salah satu produk susu. Stay-nya di beberapa store dan mall. 8 jam kerja sebagai nutrisionis event yang menurut saya tidak produktif. Meskipun tidak dibayar full juga sama pihak EO-nya, tapi merasakan sensasi lain dari pekerjaan ini. Pertama kali masuk mall bukan sebagai pengunjung, masuk lewat pintu karyawan, serta ishoma di ruang karyawan. Sungguh membentuk mental kerja.

Q: Suka duka jadi ahli gizi?
A: Duka-nya: sempat tidak percaya diri sama fisik. Most of people are doing body-shaming. Awalnya insecure tapi lama-lama bersyukur kok.

Suka-nya: kerja di rumah sakit yang jadinya bisa apply ilmu  dengan lebih banyak sehingga punya relasi yang lebih luas. Sekalian mau cerita, dimana pernah punya memorable-moment dengan pasien dan keluarganya.

Jadi, dulu pernah handling pasien anak dengan gizi buruk. Sampai sejak kami ketemu, total keluar-masuk atau dirawatnya Adik-pasien itu kurang lebih sudah 3 kali dengan keluhan yang selalu sama. Adik-pasien datang bersama Ibu dan Kakak nya dari daerah yang cukup jauh yakni dari Camba, Kabupaten Maros.  Karena case dari Adik-pasien itu, membuat saya harus melakukan kunjungan setiap hari. Karena pertemuan rutin itulah, maka secara  psikologis saya mulai kenal dekat dengan ibu dari Adik-pasien tersebut. Setiap saya telah melakukan penimbangan berat badan kepada Adik-pasien, ibunya menangis. Namun sembari memberi edukasi, saya selalu berhasil menenangkan beliau. Sampai tiba di hari terakhir Adik-pasien dirawat karena sudah dibolehkan pulang dari dokternya, saya meminta izin untuk bisa masuk ke kamarnya, memberi kenang-kenangan boneka beruang berwarna pink, serta berpesan kepada ibu dan kakak dari Adik-pasien: “InsyaAllah kita akan ketemu lagi, tapi tidak disini”.

Q: Goals-life yang belum kesampaian?
A: Satu, jadi announcer di radio komersil. Punya keinginan besar sekali untuk meneruskan karir dan ilmu selepas demisioner di radio kampus seperti kakak-kakak dan teman-teman lain, tapi  waktu belum bersahabat dan keluarga belum mengizinkan.

Dua, jadi penulis. Seperti doa-doa orang kebanyakan. Buku? Belum dulu lah, belum expert saya-nya. Minimal kejar viewers blog dulu. Bukankah setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya?!

Tiga. Khatam qur’an. Akhir tahun 2019 sengaja pesan quran custome  yang jauh-jauh dari Jogjakarta. Dan Februari lalu, dapat gift birthday dari salah satu sahabat berupa Alqur’an juga. Jadi sekarang punya dua, and both of them are still not finish :(  

Q: Kapan mau menikah?
A: Setelah menyaksikan kajian fiqih munakahat, plus bercermin pula dengan usia sekarang yang sudah 28 tahun, membuat saya masih yakin dengan ketidaksiapan menikah dari segi segala-gala poin, di tengah circle yang teman-teman saya bahkan sudah punya beberapa anak. Pun belum relationship sama siapapun, pun bukan juga menutup diri, bahkan masih berteman baik sama semua orang. Senyaman ini. Sesantai ini.

What should I’ve to do? Pemantasan diri.  Yang sebenarnya sebagai bentuk penjagaan diri. Seperti yang disampaikan juga oleh kak Faris Andani dalam tulisannya: bahwa mereka yang masih sendiri karena mungkin masih ingin memperbaiki diri, sehingga wajar jika pemilih karena tidak ingin salah pilih. Totally agree!

Jadi nanti (dalam konteks waktu yang belum ditentukan) dan  jika sudah pantas, yah tinggal berserah diri. Jodoh atau maut yang akan menjemput lebih dulu? Will see!
(Nb: yang mau maju, jangan mundur dulu ya! Nanti kita bahas tentang kriteria satu sesi HAHAHA)

Q: Kalau difasilitasi untuk keduanya, tetap nge-BLOG atau beralih ke VLOG?
A: Nge-blog dong. Coz ‘diarii uchii hamiid’ still to be continue..

***

Postingan ini just as a ‘self-appreciation”, jadi harap maklum jika sedikit narsis. Tapi semoga ada kebaikan yang bisa diambil ya! Maaf lahir batin :)
 

Komentar

  1. Sudah baca! Semoga cita2 & harapan baiknya Tuhan kasih di waktu yang terbaik :)))

    BalasHapus

Posting Komentar