Single = Happy ?!

“Mereka bilang sudah saatnya karena usia. Untuk mencari sang kekasih hati. Tapi kuyakin akan datang pasangan jiwaku. Pada waktu dan cara yang indah” – Opie Andaresta

Maaf tulisan ini mungkin agak sedikit kebawa perasaan tapi semoga bisa mewakilkan sebagian besar isi hati dan unek-unek tak tersampaikan khususnya bagi perempuan-perempuan. 


Saya kelahiran 92, usia sudah seperempat abad. Jujur sampai saat ini saya masih sangat santai jika ditanya soal pasangan, di antara banyak teman-teman seumuran yang sudah menikah bahkan sudah punya anak. Merasa masih sangat muda dan nyaman membuat saya juga merasa baik-baik saja. Karena sikap baik-baik-saja saya ini tidak jarang mengundang kecemasan dan tanda tanya dari keluarga, sahabat sampai rekan kerja. Dan sebenarnya kondisi ini sudah warning juga bagi perempuan-perempuan yang ‘berkepala dua’.

Sentilan pertanyaan dan pernyataan yang menggalaukan juga menyayat hati tidak jarang jadi makanan sehari-hari. Misalnya, saya cukup on sosmed dan cukup sering memposting foto-foto sendiri di akun pribadi yang tidak sedikit mengomentari dengan: “mana pasangannya ci?” atau “kenapa sering berfoto sendiri?” atau “kenapa sama teman-teman perempuan terus berfoto?”. Untungnya tidak ada yang menanggap saya lesbi/penyuka sesama jenis. Huft! 

Tidak hanya itu, karena seringnya mengandalkan transportasi online untuk kemana-mana efek tidak bisa bawa kendaraan, malah dinasehati untuk: “carimi  cepat  abang sayang, jangan sama abang gojek terus pulangnya”. Dan ada lagi, saya kebetulan kerja di rumah sakit ibu dan anak, salah satu tenaga kesehatan yang jobdes-nya memberi edukasi bagi calon ibu bahkan ibu-ibu baru, dari yang pasiennya adalah teman lama sendiri bahkan yang umurnya lebih muda 2-3 tahun dari saya. Setelah sharing ilmu, ucapan terima kasih pun mereka sampaikan dengan sambil mendoakan: “semoga cepet ada yang halalin juga yah” 

In fact, saya belum pernah pacaran, jadi jangan tanyakan soal mantan-mantanan. Tapi sempat pernah dikira dekat sama beberapa orang, dan parahnya pernah suka sama orang yang lama banget, tidak berjodoh terus akhirnya susah move on. Belum pernah pacaran bukan karena tidak mau atau tidak laku, tapi melihat gaya-gaya pacaran sekarang menurut saya terlalu wasting time. Dari pengalaman orang-orang yang saya kenal, juga membuat saya takut pacaran. Takut terlalu suka dan sayang sama orang yang akhirnya hobi berantem, posesifan, putus dan silaturahim stop. 

Sebenarnya jodoh itu sama seperti ajal, tidak ada yang tau kapan pastinya datang. Juga tidak ada yang tau jodoh atau ajal-kah yang akan ‘bertamu’ duluan. Ada juga  yang bilang perkara jodoh itu seperti alif-lam-mim pada surah Al-Baqarah. Kalau kita berkata ‘bukan dia’ tapi jika sunnatullah berkata: sudah dia orangnya, lantas kita bisa apa? Atau siapa tau besok-besok jodohnya sama orang yang belum pernah ketemu sebelumnya atau malah sama teman yang suruh nunggu 2 tahun?! Wallahualam.

Bagi siapapun, insyaAllah dengan bertahan dalam kesendirian karena ingin taat kepada-Nya akan menunjukkan bahwa iman kita kuat. PR yang harus dikerjakan sekarang adalah melakukan dan memfokuskan diri untuk hal-hal yang sedang menjadi prioritas. Dengan tidak lupa sambil memantaskan diri dan terus memperbaiki diri, juga tidak sekedar sibuk ‘mencari’ lantas lupa ‘menjadi’. Bukankah yang baik akan bertemu dengan yang baik?! Bahagia sama pasangan juga insyaAllah akan datang waktunya kok. So, have enjoy it! :)

Komentar

  1. saya baru tau soal ini "dan parahnya pernah suka sama orang yang lama banget, tidak berjodoh terus akhirnya susah move on. " hahhaha

    anyway, keep being single sampe hilal yg mo halalin udah di depan mata. :)

    BalasHapus

Posting Komentar