Liburan Awal Tahun

2016! Alhamdulillah diberi kesempatan untuk bergabung dan bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Makassar. Hari-hari yang sebelumnya banyak dihabiskan di rumah dan bekerja di event atau survey kesehatan, sejak resmi masuk bulan April lalu sudah fokus bergelut dengan pekerjaan yang tidak jauh dengan latar belakang pendidikan saya. Libur yang hanya di hari Minggu saja membuat jatah liburan dan juga salah satunya waktu untuk memperbarui tulisan-tulisan di blog jadi berkurang.     

Menjadi keluarga besar rumah sakit tempat saya bekerja membuat saya tidak memandang mereka sebagai sekedar rekan kerja, namun sudah seperti memiliki orangtua, saudara-saudara dan rumah kedua. Yang unik dari rekan-rekan kerja saya ini adalah dimana mereka sangat memanfaatkan waktu libur untuk berlibur bersama. Dan dengan segala agenda liburan yang terlewatkan, akhirnya kali ini saya bisa ikut juga bersama mereka. 

Sebenarnya ada banyak list-to-do setelah gajian, yang ingin sekali direalisasikan berhubung libur tahun baru yang juga cukup panjang. Liburan kali ini terbilang dadakan. Meskipun didukung dengan cuaca pagi yang dingin dan mendung juga dengan kondisi sedang kurang tidur, membuat saya tidak dapat menolak ajakan: “Ayok ke Penangkaran Kupu-Kupu”. Tidak perlu membujuk terlalu lama, mama sudah langsung meng-iya-kan. Persiapan secepat kilat pun selesai dilakukan. Sayangnya yang ikut kali ini tidak begitu banyak, karena beberapa teman-teman tetap masuk kerja sesuai jadwal dinas. 

Sesuai rencana dadakan, destinasi liburan kali ini adalah ke salah satu objek wisata Bantimurung, Maros. Perjalanan Makassar-Maros bisa ditempuh kurang lebih 1 jam jika tidak terjebak macet. Bantimurung menawarkan pesona alam seperti air terjun dan kupu-kupu. Rasa penasaran pun membuncah akan perubahan tempat ini karena saya pun tidak ingat persis kapan terakhir kali berkunjung kesana.    

Patung monyet raksasa menyambut kedatangan kami, juga para pengunjung yang terlihat ramai sekali di area pintu masuk. Dengan melihat antrian kendaraan roda empat dan roda dua yang begitu padat, membuat kami pesimis untuk bisa masuk ke area wisata dengan cepat. Karena tidak ingin terlalu lama berada dalam situasi antrian panjang, maka kami memastikan untuk berbalik arah. Dan pilihan kami selanjutnya jatuh pada: Rammang-Rammang, Maros

Wisata Alam Rammang-Rammang
Tempat wisata ini terletak di Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Menurut Google Maps, perjalanan dari Bantumurung tadi menuju ke Rammang-Rammang ini berjarak kurang lebih 17 kilometer. Akses perjalanan sangat bersahabat. Cuaca mulai sedikit cerah, ditambah dengan pemandangan sawah yang memanjakan mata di sisi kiri dan kanan perjalanan. Sepanjang perjalanan dari pusat lokasi wisata prasejarah Leang-Leang yang kami lewati, bongkahan batu-batu besar juga tidak sedikit menghiasi perjalanan kami, jika digambarkan maka mirip seperti telah terjadi hujan batu meteor di sekitar lokasi tersebut. Kami pun menyempatkan singgah sebentar di lokasi Leang-Leang, dimana terdapat Leang Bembe’ dan Leang Burung. Berbeda dengan Leang Bembe’ yang memang cukup banyak terdapat hewan-hewan kambing, di Leang Burung sendiri kami tidak melihat banyaknya seekor burung yang berterbangan di sekitar tempat itu. Bahkan hanya ada gua besar yang konon didalamnya kita bisa melihat bekas telapak nenek moyang dan hamparan pasir yang seperti mirip di gurun pasir. Sayangnya, kami akhirnya tidak berani masuk ke dalam gua karena tidak adanya pemandu yang terlihat dan menawarkan kami untuk menjelajah gua.


Setelah melanjutkan perjalanan kembali, bertanya-tanya pada warga sekitar, dan juga masih dengan bantuan Google Maps, akhirnya kami tiba juga di destinasi alternatif untuk liburan kami ini. Di tempat ini, untuk bisa merasakan sensasi dan pesona alamnya, maka para pengunjung harus menyewa perahu yang sudah disediakan. Untuk satu perahu, dibanderol dengan harga sewa 250.000 rupiah dengan kapasitas penumpang maksimal 10 orang. Jangan lupa menyewa topi-topi pantai seharga lima ribuan untuk melindungi diri dari cuaca yang cukup terik selama perjalanan. Setelah mendapatkan perahu yang akan siap kami tumpangi, kami pun diantar oleh bapak si pemilik perahu untuk menjelajahi kawasan wisata ini dengan durasi perjalanan kurang lebih setengah jam. Air, pepohonan dan perahu-perahu para penumpang lainnya menemani perjalanan kami di siang yang cukup terik itu. 


Tempat persinggahan pilihan kami adalah Kamp. Berua dan Telaga Bidadari. Untuk tiket masuk setiap titik persinggahan dipatok dengan harga 3000 rupiah saja per orang. Kamp. Berua menawarkan pesona hamparan pemandangan yang sangat memanjakan mata: ada sawah, danau-danau kecil, dan tebing-tebing. Beda halnya di tempat berikutnya, para pengunjung harus melewati akses yang esktrim dengan berjalan kaki untuk jarak kurang lebih 1 kilometer demi sampai di pusat Telaga Bidadari. Meskipun medannya curam juga licin, tidak sedikit perempuan-perempuan yang rela berlelah-lelah dan berhasil sampai untuk sekedar bisa mencuci muka dengan air telaga yang cukup segar tersebut, yang konon katanya agar bisa cepat ketemu dengan sang jodoh :)


Di akhir perjalanan, saya sempat bertanya pada salah satu teman saat di perahu, “Apa artinya itu Rammang-Rammang”? Ia pun menjawab: “Rammang artinya awan”. Dalam hati saya berpikir dan berkesimpulan, berarti Rammang-Rammang artinya awan-awan yah ? Iya mungkin saja, karena saya pun  seperti sedang merasakan berada di negeri-di-bawah-awan bak turis ala-ala Venezuela kombinasi Thailand. 


Oke, libur telah usai. Semangat menempuh hidup di tahun yang baru! Semangat untuk mulai masuk kerja (lagi)~

Komentar

Posting Komentar