Ailurophobia dan Pulau Impian
“Kuingin ke tempat itu, disana bersama dirimu. Ku ingin jiwaku abadi,
disana bersama dirimu” – Sparkle Band
Setiap orang yang terlahir di dunia diwarisi oleh segala
kelebihan dan kekurangan. Juga dengan segala ciri khas yang telah melekat dalam
keseharian yang sebagai bagian dari kepribadian. Dan hanya dianugerahkan pada orang-orang
pilihan. Namun bagaimana dengan orang-orang yang ‘memiliki rasa ketakutan
berlebihan’? Apakah termasuk sebuah kelebihan atau kekurangan? Ataukah cermin
kepribadian? Dan haruskah bangga menjadi orang-orang pilihan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketakutan yang sangat
berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan
penderitanya disebut fobia. Dalam
ilmu psikologis bahkan disebut sebagai salah satu masalah kejiwaan. Dalam
keseharian kita di lingkungan orang-orang yang bahkan kita kenal, tak jarang dari
mereka memiliki ketakutan berlebih terhadap benda-benda atau objek-objek
tertentu seperti pada hewan, badut, balon, bahkan buah-buahan. Saya termasuk
dari sekian banyak penderita fobia yang ada, terkhusus dalam kelompok Ailurophobia.
Dalam ilmu kedokteran, Ailurophobia
diistilahkan pada orang-orang yang memiliki ketakutan yang berlebih kepada hewan
khususnya kepada kucing. Berbuah dari rasa ketakutan berlebih, dampak yang
ditimbulkan pun berlebih: seperti stress, takut, panik, jantung berdebar-debar,
keringat dingin bahkan nyaris pingsan. Reaksi berlebih pun muncul jika bertemu atau
menyadari keberadaan hewan ini, dengan sontak lari terbirit-birit, mencari
bantuan dan perlindungan orang-orang sekitar, yang tak jarang harus rela menjadi
pusat perhatian serta bahan tertawaan.
Di
Tashirojima - Jepang, terdapat Pulau Kucing yang menjadi objek wisata populer
terkenal bagi para pencinta kucing. Jangankan di Jepang, di Indonesia pun
terdapat pulau kucing yakni Pulau Dae-dae yang terletak di Polewali Mandar,
Sulawesi Barat, yang tidak dihuni oleh manusia tapi oleh ratusan ekor kucing. Saya
pun berpikir, jika ada ‘pulau kucing’, kenapa tidak ada ‘pulau tanpa kucing’ ?
Kenapa tidak ada pulau khusus yang bisa dihuni oleh penderita fobia kucing ?
Saya bisa membayangkan bagaimana aman dan tentramnya hidup ketika tidak harus selalu
merasa cemas dan was-was berlebih dengan keberadaan kucing.
Dalam ingin
dan mimpi saya, dimana ‘pulau tanpa kucing’ yakni pulau yang tidak terdapat seekor
kucing sekalipun, dihuni oleh orang-orang yang hanya memiliki ketakutan khusus
pada hewan mamalia tersebut. Terdapat puluhan jejeran rumah dengan pekarangan
yang tentu saja tidak akan dilalu-lalang oleh kucing. Rumah-rumah makan menjadi
tempat nyaman untuk berlama-lama bersantap makanan tanpa perlu takut karena
tidak akan ada yang menyelinap mengambil sisa makanan di bawah meja makan. Sapu
dan air digunakan sesuai fungsi dan kebutuhan dan tidak lagi menjadi senjata
ampuh pengusir kucing. Toko-toko pernak-pernik menjajakan jualan tanpa
embel-embel gambar kucing. Para terapis datang sekali sebulan sampai memastikan
orang-orang di pulau ini sembuh total. Sungguh surga dunia impian bagi Ailurophobia.
Takut bukan
berarti tidak suka apalagi membenci hewan kesayangan Rasulullah SAW ini. Namun
seandainya benar-benar ada sebuah ‘pulau tanpa kucing’ dan bisa menghapuskan
identitas saya sebagai Ailurophobia,
yah saya ingin kesana saja.
#SebulanNgeblogKepo
Komentar
Posting Komentar