‘Ki-Mi-Ji’ nya Makassar
Kurang lebih 24 tahun di Makassar, dan ber-backround sebagai anak dara bugis, nyaris tidak khatam bahasa daerah Makassar. Pengetahuan tentang bahasa daerah Makassar sebenarnya masih menjadi PR besar bagi anak-anak muda, apalagi di era yang segalanya berkembang dengan semakin dituntut pula untuk mengetahui keanekaragaman bahasa. Namun terlepas dari hal itu, ada satu hal yang tidak bisa terpisahkan dan sudah menjadi ciri khas keseharian di kota Makassar sendiri, yah bisa dikatakan sebagai dialek atau lebih tepatnya penggunaan imbuhan khusus dalam komunikasi ala orang Makassar. Pengalaman ketika ber-partner kerja dengan orang-orang Jakarta, Aceh, Kupang sampai Papua atau yang berdomisili di luar Sulawesi Selatan, mempelajari gaya komunikasi khas Makassar ini menjadi salah satu “oleh-oleh wajib” sebelum bertandang ke daerah mereka masing-masing. Tak jarang, kursus kilat belajar ‘Ki-Mi-Ji nya Makassar’ pun dilaksanakan.
Jika ditanya sejarahnya, siapa yang memulai dan siapa yang mempelopori, yang khatam tentang hal ini pun mungkin tidak dapat menjelaskannya, yang ada hanya senyuman geli dan simpul menjadi jawabannya. Penggunaan ‘Ki-Mi-Ji’ pun sendiri tidak ada di kurikulum mata pelajaran muatan lokal. Semuanya secara responsif, terjadi begitu saja, diketahui begitu saja, dan diaplikasikan begitu saja.
‘Ki-Mi-Ji’ ala Makassar ini bisa diartikan dalam komunikasi formal. Berikut penjelasan singkat beserta contohnya:
-Penggunaan ‘Ki’ dititik beratkan pada subjek, dimana digunakan untuk lawan komunikasi yang lebih dituakan atau dalam konteks sapaan yang lebih sopan.
Misalnya: “Sudah ki makan?” (dalam komunikasi formalnya: Apakah Anda sudah makan?)
*Penggunaan kata ‘ki’ ini biasanya diganti dengan kata ‘ko’ apabila subjek atau lawan jenis merupakan teman atau seumur.
Misalnya: “Sudah ko makan?” (-dalam komunikasi formalnya: Apakah kamu sudah makan?)
-Penggunaan ‘Mi’ seperti menanyakan kepada lawan komunikasi akan sesuatu hal.
Misalnya: “Sudah mi makan?” (-dalam bahasa formalnya: Apakah kamu/Anda sudah makan?)
-Penggunaan ‘Ji’ ini seperti memastikan kepada lawan komunikasi akan sesuatu hal.
Misalnya: “Sudah ji makan?” (-dalam bahasa formalnya: Apakah betul kamu/Anda sudah makan?)
Masih bingung plus linglung?! Kalau contoh sebelumnya dalam bentuk pertanyaan, berikut contoh dan penjelasan dalam bentuk kalimat pernyataan:
-Sama seperti kalimat pertanyaan, penggunaan ‘Ki’ untuk kalimat penyataan juga dititik beratkan pada subjek, dimana digunakan untuk lawan komunikasi yang lebih dituakan atau dalam konteks sapaan yang lebih sopan.
Misalnya: Pergi ki makan (dalam komunikasi formalnya: Silahkan anda pergi makan)
-Penggunaan kata ‘ki’ ini biasanya diganti dengan kata ‘ko’ apabila subjek atau lawan jenis merupakan teman atau seumur.
Misalnya: “Pergi ko makan” (-dalam komunikasi formalnya: Silahkan kamu pergi makan)
-Penggunaan ‘Mi’ dalam kalimat pernyataan seperti menegaskan atau memerintahkan kepada lawan komunikasi akan sesuatu hal.
Misalnya: “Pergi mi makan” (-dalam bahasa formalnya: Pergilah makan)
-Penggunaan “Ji” ini seperti memastikan kepada lawan komunikasi akan hanya melakukan sesuatu hal.
Misalnya: “Pergi ji makan” (-dalam bahasa formalnya: Hanya pergi makan saja)
Penggunaan ‘Ki’, ‘Mi’ sampai ‘Ji’ ini bisa dikatakan sebelas-duabelas tujuannya jika harus dimaknai dalam bahasa komunikasi formal. Yah sekali lagi res-pon-sif. Idealnya sebuah komunikasi itu sebenarnya adalah dapat saling berinteraksi dan informasi yang dimaksud tersampaikan satu sama lain, baik saling menggunakan komunikasi ala Makassar versus ala anak Jekardah, maupun versus bahasa isyarat sekali pun, it's oke no problemo kalau kata orang-orang Bule hehehe
Nah, jadi kalau ke Makassar 'ki' jangan 'mi' lupa bawa ini oleh-oleh nah karena gratis 'ji'
(Nb: Tulisan ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti Kelas Menulis Kepo Angkatan III)

Komentar
Posting Komentar